Pages

  • Greetings......

    Thanks for Visiting....

  • About The Picture

    My Beloved Campus.....

  • About The Picture

    My Beloved Little sister....

  • About The Picture

    Beatiful View..........

Sabtu, 29 Desember 2012

Ayahku Seorang “Terorist”

Posted by Unknown on 10.55



By David Casidi

By David Casidi

Bak Memakan Buah simalakama, itulah yang dirasakan Parman  anak  seorang terorist ternama di negara antah berantah yang bernama Dende. Di satu sisi parman sangat ingin melanjutkan studi yang dia jalani tapi setiap hari ia harus menanggung cemo’ohan dan siksaan dari teman-temannya. Ayahnya meninggal tahun lalu karena adanya operasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kelompok pemberontak yang ingin merdeka dari negera yang dipimpin oleh diktator dengan sistem pemerintahan “yang kaya makin kaya, yang miskin semakin mealarat” tiada lain merupakan kelompok yang dinaungi oleh dende ayah parman.
Setiap hari parman berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali, dengan langkah kaki kecilnya serta perlahan namun pasti. Setiap hari pula ia harus menentang derasnya aliran sungai dan lebatnya hutan hujan. Ini dikarenakan rumah parman terletak jauh dari aktifitas kota bahkan desa. Ia tinggal bersama ibunya ditengah-tengah hutan hujan yang dihuni berbagai macam binatang buas yang sewaktu-waktu dapat menyerangnya. Saat sampai disekolah parman selalu disambut oleh teman-temannya, namun bukan sambutan yang hangat yang ia dapatkan melainkan lemparan benda keras yang mendarat ditubuh mungilnya serta perkataan yang di pantas didengar oleh anak yang masih berumur delapan tahun dipaksa masuk ke cela-cela pendengarannya yang masih terlalu dini untuk merasakan kerasnya kehidupan. Jangan kan teman-temannya sebagian besar guru-guru disekolahnya merasa sentimen pada parman tidak terkecuali wali kelasnya.
Walaupun demikian, parman merupakan anak yang cerdas diantara semua teman-temannya dimana ia sering dipanggil oleh kepala sekolah yaitu satu-satunya oknum sekolah yang tidak memandang parman dari tindakan ayahnya yang menurut orang miskin adalah seorang pahlawan namun menurut pemerintah setempat dan orang kaya merupakan “Terorist” untuk mengikuti perlombaan akademik diluar wilayah. parman sebenarnya lebih unggul dari peserta yang lain akan tetapi juri yang hadir sama saja dengan guru-guru parman yang ada disekolahnya, akibatnya parman selalu saja mendapati namanya di urutan paling bawah.
Suatu malam yang sunyi, hanya terdengar jangkrik yang saling menyapa dan kodok yang seakan memanggil turunnya hujan parman menulis sesuatu pada selembar kertas sambil meneteskan airmatanya. Dari kejauhan terdengar suara warga yang samar-samar sampai ketelinga, dengan cepat dan nada berteriak ibu parman memanggil parman dan adik perempuannya yang masih berumur lima tahun dari kamarnya “Nak, Cepat ambil bangunkan adikmu kita pergi dari rumah ini!” perintah ibunya, dengan cepat parman membangunkan adiknya dan meninggalkan secarik kertas diatas meja lalu mereka pergi meninggalkan kamar. Dengan cepat ibu parman mengambil sarina ialah adik parman yang rencananya tahun ini siap menanggung beban seperti parman untuk disekolahkan. Mereka pun dengan cepat berlari menghindari kerumunan warga yang mengamuk dengan obor ditangan yang siap membakar apapun milik parman dan keluarganya, serta sabit dan cangkul yang siap mencabik-cabik daging keluarga malang tersebut. Parman dan adiknya sembunyi dibalik semak-semak yang lebat, sedangkan ibunya kembali kedalam rumah untuk mengambil boneka sarina yang terus menerus menangis karena boneka kesayangnnya tertinggal. Karena naluri seorang ibu, ibu parman kembali kedalam rumah untuk mengambil boneka sarina yang menangis dibalik semak persembunyian mereka. Sialnya ibu kedua anak kecil ini tertangkap dan dibakar hidup-hidup bersama dengan rumahnya. “Lari Nak!!, jaga adikmu baik-baik....!!”, Teriak Ibunya dengan tubuh yang diselimuti oleh panasnya api.
Setelah semua warga kembali pulang, parman dan adiknya keluar dari semak kemudian berlari kencang sambil memegang tangan adiknya yang berlari berusaha mengimbangi kecepatan kakaknya. Setelah merasa lelah dia pun berhenti sejenak untuk istirahat sambil mencari makanan dan minuman untuk mereka berdua. Hari demi hari mereka berjalan melintasi hutan demi hutan, desa demi desa dan kota demi kota.
Bersambung........

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site