Pages

Minggu, 20 November 2011

Filsafat ilmu

Posted by Unknown on 15.37


TUGAS EPISTIMOLOGI
TAWURAN ANTAR MAHASISWA
DAPID CASIDI
1129040116
PTIK 02
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011








A.   Latar belakang
Tawuran merupakan kata yang tidak lazim terdengar di telinga kita. Karena, tawuran sering dilakukan oleh orang-orang, baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tawuran juga sering terjadi di antara kalangan mahasiswa, utamanya mahasiswa yang ada di kota-kota, baik penduduk lokal maupun penduduk yang melakukan migrasi.
di era globalisasi ini , era dimana persaingan semakin ketat tawuran antar mahasiswa pun menjadi marak diperbincangkan dimana-mana. Apabila kita melihat di media massa, berita yang disajikan kebanyakan membahas tentang tawuran antar mahasiswa. Baik mahasiswa maupun mahasiswa tingkat lanjutan. Di sini kami menyajikan beberapa tentang kapan dan di mana tawuran mahasiswa biasa berlangsung. Kapan biasanya mahasiswa melakukan tawur an?
1. Saat pertandingan bola antar kampus
Ini adalah hal yang kerap sekali ter jadi ketika tim sepakbola satu kampus kalah, maka suporternya akan melakukan kerusuhan ter hadap lawannya yang akan menyebabkan ter jadinya kerusuhan antar suporter sepakbola kedua kampus tersebut.
2. Saat Ulang tahun kampus
Ketika sebuah kampus berulang tahun, para siswa merayakannya dengan menggelar kegiatan pensi atau pentas seni. Pada pensi ini biasanya menggelar suatu pergelaran konser. Di tengah- tengah konser tersebut biasanya penyusup dari siswa SMA lain membuat r usuh dan menyebabkan ter jadinya perkelahian di antara penonton pensi tersebut.
3. Menjelang hari libur panjang
Saat sehari menjelang har i libur , para siswa juga merencanakan penyerangan ke
berbagai kampus lain yang dianggap sebagai musuh kampus tersebut.
Dimana biasanya tawuran dilakukan?
1. Di tempat tempat keramaian
Tempat tempat keramaian acapkali menjadi tempat untuk tawuran. Lapangan bola misalnya, ketika timnya kalah maka suporter dari kampus tersebut langsung tak terima dan membuat kerusuhan dan menyer ang suporter lain. Hal ini sepertinya telah menjadi hal yang biasa di setiap pertandingan bola di tanah air ini.
2. Di depan kampus
Saat pulang kampus merupakan saat yang paling dinanti untuk melakukan penyerangan ke kampus lain. Biasanya si penyerang akan nongkrong di depan kampus tersebut sembari menunggu musuhnya dari sma itu. Setelah si musuh dan geng nya keluar , si penyerang langsung mengejar dan memburunya sampai jalan-jalan dan bahkan di angkot sekalipun.
3. Di Bus atau Angkot

     Banyaknya tawuran antar mahasiswa di kota-kota besar di Indonesia merupakan fenomena
menarik untuk dibahas. Di sini penulis akan memberi beberapa contoh dari berita-berita
yang ada. Di Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar
yang melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2,
SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres
Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK
YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal
19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di Makasar
pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat tawuran
dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya kuliah
(tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada tanggal 27 November 2005
terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK Cinde (liputan6.com). Tawuran antar mahasiswa kini menjadi berita utama yang ada di media massa. Namun kebanyakan dari  kejadian tersebut banyak orang tidak tahu, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Mengapa seseorang gampang terlibat tawuran?  Oleh karena itu, penulis akan membahas beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya tawuran antar mahasiswa.


B.   Identifikasi masalah.
secara garis besar ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di
sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidak mampuan
dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor eksternal meliputi: Keluarga, lingkungan kampus, lingkungan masyarakat di sekitarnya, perbedaan pandangan, perbedaan asal.


1. faktor keluarga

keluarga adalah salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran, adapun pengaruh dari faktor keluarga adalah:

a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga. baik buruknya suatu keluarga sangat mempengaruhi mental, sikap dan perilaku seseorang. Misalnya, seorang anak yang sering mendengar orang tuanya bertengkar akan membuat mental, sikap dan perilaku anak tersebut mejadi buruk, dan cenderung menghabiskan waktunya dengan berperilaku yang negatif.
b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
perlindungan yang berlebih yang diberikan orang tua juga sangat berpengaruh pada tindakan tawuran yang dilakukan oleh mahasiswa. karena apabila seorang anak diberi perlindungan berlebih mereka akan senantiasa merasa aman karena dibela oleh orang tuanya. Atau kadang perlindungan berlebih tersebut membuat anak yang dilindungi merasa terbelenggu. Karena rasa terbelenggu tersebut membuat mereka melakukan perbuatan yang bersifat negatif (memberontak).

c. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila
2. faktor lingkungan kampus
lingkungan kampus yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan kampus yang tidak
memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olah raga,
minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan
padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. faktor miliu/lingkungan
lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan remaja. Contohnya, ketika anak tersebut bergabung dengan anak (mahasiswa) yang memiliki perangai buruk, maka besar kemungkinan mahasiswa tersebut mengikuti tingkah temannya. Sehingga ketika terjadi masalah diantara mereka situasi yang panas akan dapat terjadi dengan cepat.







Daftar pustaka.
Gunawan,heri .2007. “tawuran antar mahasiswa” jakarta: puataka sinar harapan








                                                                                                                                 
















TUGAS AXIOLOGI
HUBUNGAN ANTARA MORAL DAN ILMU PENGETAHUAN
DAPID CASIDI
1129040116
PTIK 02
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011

Bab I
Pendahuluan
A.   Latar belakang
Kembali, kita akan fokus pada manusia sebagai manipulator dan artikulator dalam mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan. Dalam psikologi, dikenal konsep diri daru Freud yang dikenal dengan nama “id”, “ego” dan “super-ego”. “Id” adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis (hawa nafsu dalam agama) dan hasrat-hasrat yang mengandung dua instink: libido (konstruktif) dan thanatos (destruktif dan agresif). “Ego” adalah penyelaras antara “id” dan realitas dunia luar. “Super-ego” adalah polisi kepribadian yang mewakili ideal, hati nurani (Jalaluddin Rakhmat, 1985). Dalam agama, ada sisi destruktif manusia, yaitu sisi angkara murka (hawa nafsu).
Ketika manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis, mereka dapat saja hanya memfungsikan “id”-nya, sehingga dapat dipastikan bahwa manfaat pengetahuan mungkin diarahkan untuk hal-hal yang destruktif. Milsanya dalam pertarungan antara id dan ego, dimana ego kalah sementara super-ego tidak berfungsi optimal, maka tentu—atau juga nafsu angkara murka yang mengendalikan tindak manusia menjatuhkan pilihan dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan—amatlah nihil kebaikan yang diperoleh manusia, atau malah mungkin kehancuran. Kisah dua kali perang dunia, kerusakan lingkungan, penipisan lapisan ozon, adalah pilihan “id” dari kepribadian manusia yang mengalahkan “ego” maupun “super-ego”-nya.  Oleh karena itu, pada tingkat aksiologis, pembicaraan tentang nilai-nilai adalah hal yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif dan destruktif, maka diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan potensi “id” (libido) dan nafsu angkara murka manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Di sinilah moral menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi well-supporting bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Hakikat moral, tempat ilmuan mengembalikan kesuksesannya.
Moral adalah pembahasan mengenai baik (good), buruk (bad), semestinya (ought to), benar (right), dan salah (wrong). Yang paling menonjol adalah tentang baik atau good dan teori tentang kewajiban (obligation). Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral (Herman Soewardi 1999). Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu, dengan argumen bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan (good) yang pelaksananya (executor) tidak ditunjuk. Executor-nya menjadi jelas ketika sang subyek berhadap opsi baik atau buruk—yang baik itulah materi kewajiban ekskutor dalam situasi ini. Di era globalisasi ini banyak yang belum tahu betul tentang hubungan ilmu dengan moral. Mereka hanya tahu moral dan ilmu itu berkaitan namun tidak mengetahui hal tersebut secara pasti (tepatnya). Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini untuk menggali lebih dalam tentang keterkaitan moral dan ilmu pengetahuan.
B.     Rumusan Masalah
  Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu :
1.    Bagaimana kaitan antara moral dan ilmu pengetahuan ?
C.    Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini yaitu :
1.    Untuk mengetahui kaitan antara moral dengan ilmu pengetahuan.
D.  Manfaat penulisan
1.      Memupuk rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
2.      Sebagai syarat untuk memenuhi tugas ujian akhir.
3.      Memaparkan lebih rinci tentang hubungan keterkaitan antara moral dan ilmu pengetahuan.
4.      Menambah ilmu penulis maupun pembaca.









Bab II
Pembahasan

A.    Kaiatan antara moral dan ilmu pengetahuan
 Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secaraterbuka oleh masyarakat.  Jikalau hasil penemuan perseorangan tersebut memenuhi syarat-syarat keilmuan maka ia akan diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan dalam masyarakat. Moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Moral berkaitan dengan metafisika keilmuan maka masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Pada kenyataan sekarang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat tergantung kepada ilmu dan teknologi. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka pemenuhan kebutuhan hidup manusia dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah. Dengan diciptakannya peralatan teknologi di bidang kesehatan, transportasi, pendidikan dan komunikasi, maka mempermudah manusia dalam menyelesaikan pekerjaan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Namun dalam kenyataan apak ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari hal-hal  negatif  yang  membawa  malapetaka  dan  kesengsaraan?  Sejak dalam tahap pertumbuhannya ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk mengusai alam melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan mengusai mereka. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia melainkan dia berada untuk tujuan eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. 
Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa ‘bumi yang mengelilingi matahari´ dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmudan moral (yang bersumber pada ajaran agama). Dari hal tersebut timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633. Pengadilan inkuisisi Galileo ini selama kurang lebih dua setengah abad mempengaruhi proses perkembangan berfikir di Eropa, pada dasarnya mencerminkan pertarungan antara ilmu yang terbebas dari nilai-nilai diluar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan yang ingin menjadikan nilai-nilainya sebagai penafsiran metafisik keilmuan.Dalam kurun ini para ilmuwan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana adanya dengan semboyan: Ilmu yang Bebas Nilai! Setelah pertarungan kurang lebih dua ratus lima puluh tahun maka para ilmuwan mendapatkan kemenangan. Setelah saat itu ilmu memperoleh otonomi dalam melakukan penelitiannya dalam rangka memmahasiswai alam sebagaimana adanya. Dalam perkembangan selanjutnya ilmu dan teknologi tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan yaitu dalam rangka mensejahterakan kehidupan manusia. Masalah teknologi telah mengakibatkan proses dehumanisasi. Dari perkembangan ilmu dan teknologi dihadapkan dengan moral, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat.Golongan pertama ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total seperti pada era Galileo sedangkan golongan kedua mencoba menyesuaikan kenetralan ilmu secara pragmatis berdasarkan perkembangan ilmu dan masyarakat. Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal yakni:
(1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-teknologi keilmuan.
 (2) Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoterik sehingga kaum ilmuwan lebih mengatahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalagunaan.
 (3) Ilmu telah berkembang sedemikian rupa di mana terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial (sosial engineering ).
 
Berdasarkan ketiga hal ini maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harusditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikatkemanusiaan.




















Bab III
Penutup
A.  Kesimpulan.
Jadi, kesimpulan dari makalah ini adalah, moral dan ilmu sangat berkaitan. karena, ilmu  yang besar tanpa adanya moral yang baik akan membuat kerusakan yang besar pula. Namun apabila ilmu yang banyak (besar) dibarengi dengan moral yang baik maka akan menciptakan sesuatu yang luarbiasa berguna bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita.
B.  Saran
penulis menyadari bahwa, dalam penysunan makalah ini , masih banyak kesalahan-kesalahan yang kami temui. Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak berhenti mencari ilmu cukup di makalah ini saja. Silakan lanjutkan dengan mencari sumber lain, seperti:  perpustakaan, internet, buku-buku yang dijajakan, dll. Terima kasih. 











Daftar pustaka.
Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:     Pustaka Sinar Harapan.
www.scribd.com/doc/58524910/Hubungan-Ilmu-Dan-Moral

0 comments:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site